Breaking News

BAKAT: ANTARA BENIH DAN PERAWATAN


Oleh: Prof Makin Perdana Kusuma - Depok, 29 Oktober 2025

Di setiap awal kehidupan, terentang misteri yang sama: apakah seorang anak adalah benih keemasan yang telah ditakdirkan untuk menghasilkan buah agung, ataukah ia adalah tanah kosong yang menunggu tangan gigih seorang petani untuk diolah? Inilah pusaran pertanyaan abadi yang membelah jiwa, memisahkan pandangan antara "pemberian" dan "perjuangan". Apakah kehebatan adalah anugerah ilahi yang terpatri dalam tulang sumsum, sebuah melodi yang telah tertulis dalam kode genetik sejak penciptaan, ataukah ia adalah pahatan sabar dari ribuan jam keringat, air mata, dan pengulangan yang tak kenal lelah? Kita mencari jawaban, seolah-olah penyingkapan asal-usul keunggulan akan memberi kita peta menuju puncak. "Ketertarikan kita pada bakat adalah bagian dari usaha universal untuk memahami bagaimana kemampuan kompleks manusia muncul, yang secara fundamental terbagi antara pengaruh genetik dan lingkungan." (Plomin, 2018, hlm. 50).

Argumen pertama, yang disematkan pada alam (nature), memandang bakat sebagai blueprint, warisan yang tidak terbantahkan. Kecepatan pemrosesan kognitif, koordinasi motorik yang presisi, atau kepekaan musikal yang langka, semua ini dianggap sebagai sinyal yang dipancarkan oleh DNA. Benar, bahwa ada struktur saraf dan kecenderungan biologis yang membuat beberapa individu secara alami lebih responsif terhadap bidang tertentu. Konon, beberapa pelari dilahirkan dengan serat otot yang lebih unggul, dan beberapa pemikir dilahirkan dengan korteks prefrontal yang lebih efisien. "Perbedaan individu dalam kemampuan kognitif, termasuk kecerdasan umum, memiliki tingkat pewarisan (heritabilitas) yang signifikan, yang menunjukkan peran kuat dari konstitusi genetik." (Plomin, 2018, hlm. 101).

Namun, ada tangan kedua yang tak kalah penting: perawatan (nurture). Jika bakat adalah benih, maka latihan adalah air, pupuk, dan cahaya yang memaksanya menembus kegelapan dan mekar. Teori praktik yang disengaja (deliberate practice) menegaskan bahwa keahlian tingkat ahli bukan dicapai melalui bakat mentah, melainkan melalui investasi waktu dan energi yang terstruktur dan fokus. Tanpa disiplin, benih terhebat pun akan layu. Keajaiban seorang virtuoso, maestro, atau ahli strategi adalah akumulasi dari keputusan sadar untuk meningkatkan diri melewati batas kenyamanan. "Kinerja tingkat ahli adalah hasil dari adaptasi yang didorong oleh upaya yang sangat panjang dan terarah, yang seringkali melebihi yang dapat dijelaskan hanya oleh faktor genetik." (Ericsson et al., 1993, hlm. 368).

Pada akhirnya, ilmu pengetahuan modern bergerak menuju titik tengah: interaksi yang kompleks. Bakat bukanlah cetak biru kaku, melainkan potensi yang bergantung pada lingkungan. Gen dapat memberi kita kecenderungan untuk menyukai atau unggul dalam suatu hal, tetapi lingkunganlah yang mengaktifkan atau mematikan gen-gen tersebut. Inilah yang disebut interaksi gen-lingkungan (GxE). Anak yang secara genetik cenderung musikal akan benar-benar menjadi musisi hebat jika ia terpapar pada pelajaran musik yang intensif dan suportif. "Pengaruh genetik dan lingkungan tidak bekerja secara independen; genetik menentukan kecenderungan dan kepekaan terhadap pengaruh lingkungan, dan lingkunganlah yang mengaktualisasikan potensi genetik." (Rutter, 2006, hlm. 9). Potensi adalah undangan; lingkungan adalah respons.

Sebagai konklusi, bakat adalah kartu awal yang dibagikan oleh takdir, tetapi latihan adalah permainan yang kita putuskan untuk dimainkan. Orang-orang dengan bakat menengah dapat melampaui mereka yang diberkahi secara alami asalkan mereka memiliki ketekunan dan hasrat yang kuat. "Bakat, diukur dengan IQ, hanyalah sebagian kecil dari apa yang diperlukan untuk kesuksesan yang luar biasa. Gairah dan ketekunan (grit) adalah prediktor yang jauh lebih kuat." (Duckworth, 2016, hlm. 10). Yang paling berharga bukanlah seberapa tinggi potensi Anda, melainkan seberapa dalam Anda mau menggali.

Keindahan sejati pencapaian manusia bukan terletak pada fakta bahwa ia lahir dengan kemudahan, melainkan pada kemauan untuk berjuang, jatuh 999 kali, dan bangkit 1.000 kali. Seniman terhebat bukanlah dia yang melukis paling sempurna sejak hari pertama, melainkan dia yang tidak pernah meletakkan kuasnya sepanjang hayatnya. Kehebatan adalah pertemuan antara apa yang diberikan oleh alam dan apa yang diperjuangkan oleh jiwa manusia. 

Referensi:
• Duckworth, A. (2016). Grit: The Power of Passion and Perseverance. Scribner.
• Ericsson, K. A., Krampe, R. T., & Tesch-Römer, C. (1993). The role of deliberate practice in the acquisition of expert performance. Psychological Review, 100(3), 363–406.
• Plomin, R. (2018). Blueprint: How DNA Makes Us Who We Are. MIT Press.
• Rutter, M. (2006). Genes and behavior: Nature-nurture interplay explained. Developmental Science, 9(1), 3–15.
===============================
"MPK’s Literature-based Perspectives"
"Turning Information into Knowledge – Shaping Knowledge into Insight"
===============================
(Keterangan Keterbukaan: Ide pokok artikel didapatkan dari pengamatan di dunia maya dan pengalaman di dunia nyata. Konteks, kerangka pemikiran, format, alur dan gaya bahasa dikembangkan oleh penulis. Bahan dirangkai, disusun, dan diperkaya menggunakan AI. Gambar pendukung dibuat dengan AI)

Editor : Nofis Husin Allahdji
© Copyright 2022 - REPUBLIKPERS.ID